SEJARAH PERKEMBANGAN BATIK PEKALONGAN.

Sejarah batik di Indonesia dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit. Riwayat sejarah batik sendiri memeliki hubungan dengan permulaan suatu tempat, kekuasaan, maupun persoalan ekonomi. Di kota Solo, terdapat kampung yang bernama Laweyan, yang terkenal sebagai kampung pengrajin dan saudagar batik, yang dikenal luas baik secara nasional maupun intenasional. Batik yang dikembangkan di Laweyan tak lepas dari perkembangan batik Majapahit yang dibangun oleh Adipati Kalang pada masa pemerintahan Majapahit. Adipati Kalang saat itu menguasai industri batik di wilayah Mojokerto dan menolak tunduk pada Majapahit lantas diserang lalu dihancurkan oleh Majapahit, beberapa ahli seni batiknya dibawa ke Keraton Majapahit dan kemudian mengajarkan batik kepada kawula Majapahit sehingga dijadikan seni rahasia Istana.
Berdirinya kota Laweyan ini, erat kaitannya dengan jatuhnya kekuasaan Majapahit ke tangan kerajaan Islam Demak dan menjadi simbol pelestarian budaya membatik tinggalan Majapahit yang terkenal indah itu di masa kekuasaan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijoyo pada tahun 1549-1582. Setahun setelah Sultan Hadiwijoyo naik tahta, kelompok keturunan Ki Ageng Selo mendapat tempat khusus dalam struktur pemerintahan kerajaan. Salah satunya adalah Ki Ageng Ngenis, cucu dari Ki Ageng Selo (Ki Ageng Selo adalah cucu dari Brawijaya V, Raja Mapahit terakhir). Ki Ageng Ngenis diperintahkan untuk membangun sebuah desa yang diberi nama Laweyan. Ki Ageng Ngenis kemudian bergelar Ki Ageng Laweyan membangun pusat studi batik bergaya Majapahit, di masa inilah kemudian berkembang motif-motif yang mendasari desain batik Jawa era Mataram Islam - disebut motif Mataram karena motif ini sangat booming setelah Pajang kalah dengan Mataram pada tahun 1580-an. Pada masa pemerintahan Panembahan Senopati di Mataram berkembang bengkel batik yang luar biasa maju yaitu di Plered. Sampai saat ini bekas ibukota kerajaan Mataram itu masih menyisakan industri batik yang cukup massif, bahkan batik cap yang kemudian berkembang tahun 1920-an berawal dari inovasi saudagar-saudagar batik Kotagede.
Sampai pada era Perang Diponegoro 1825-1830, batik masih menjadi seni rahasia Istana terutama untuk motif-motif khusus seperti Sidomukti dan Sidoluruh. Pada saat itu banyak bangsawan yang terlibat perang besar dengan Belanda, dan banyak keluarga bangsawan yang mengungsi ke luar wilayah Yogyakarta, karena daerahnya dikuasai oleh Belanda. Wilayah Banyumas adalah wilayah yang paling banyak menjadi tempat pengungsian para bangsawan Yogyakarta. Selain Banyumas juga bangsawan tersebut mengungsi ke Pekalongan dan menetap disana. Disinilah kemudian corak-corak batik berkembang luas dan pengaruh Solo-Yogya dianggap sebagai dasar seluruh batik Jawa dan Madura.
Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo. Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik. Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Adapun motifnya antara lain batik Jlamprang diilhami dari Negeri India dan Arab, batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina, batik Pagi Sore oleh Belanda, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang. Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.
Saat ini Batik sudah menjadi suatu karya seni budaya yang diakui dunia, bahkan sejak tahun tahun 2009, tanggal 2 Oktober ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Batik Nasional bertepatan dengan ditetapkannya batik sebagai warisan budaya Indonesia, hal ini bertujuan untuk melindungi Batik sebagai bagian dari karya seni bangsa Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Batik adalah salah satu cipta budaya tinggi bangsa Indonesia. Batik telah disahkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda milik Indonesia, mengikuti wayang (2003) dan keris (2006) yang sudah lebih dulu diakui oleh UNESCO. Kita memiliki jenis batik yang sangat kaya. Secara garis besar, batik dikelompokkan menjadi 2 yakni Batik Keraton Jawa dan Batik Pantai Utara. Batik keraton Jawa pun ada dua macam, yaitu Batik Yogya dan Batik Solo.