Batik sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia sejak ratusan
tahun yang lalu, dengan berbagai corak dan motif, batik
memiliki keindahan seni tersendiri untuk dapat dinikmati oleh semua
kalangan. Bagi anda para pecinta batik, berikut ini adalah museum-museum
batik yang terdapat di Indonesia, sebagai salah satu pilihan tempat
wisata edukasi sekaligus lebih menumbuhkan kecintaan kita terhadap karya
seni bangsa Indonesia. Di museum-museum batik berikut, kita dapat
melihat berbagai macam corak batik yang menjadi koleksi museum,
sekaligus mendapatkan pengetahuan mengenai perkembangan batik dari masa
ke masa.
1. MUSEUM
BATIK YOGYAKARTA
"Museum ini menyimpan koleksi beragam jenis, corak, dan motif kain
batik yang dibuat sejumlah perajin di berbagai daerah di Pulau Jawa,"
menurut informasi dari pengelola Museum Batik Yogyakarta
Prayogo, di Yogyakarta. Ia mengatakan museum batik ini menyimpan
sejumlah koleksi kain batik yang unik dari para perajin batik tulis yang
menonjolkan motif dan desain yang masih langka di pasaran. "Museum
batik ini menyimpan koleksi kain batik tulis dari sejumlah daerah di
Pulau Jawa di antaranya Solo, Lasem, Pekalongan, dan Yogyakarta
sendiri," katanya. Prayogo mengatakan semua koleksi kain batik di museum
ini adalah batik tulis. "Jenis kain batik yang dikoleksi di sini
terdiri atas kain batik yang biasa dipakai pada hari biasa, atau
keseharian, dan batik khusus untuk upacara pernikahan," katanya.
Kegiatan rutin museum adalah pameran tetap di museum yang dibuka setiap
hari dari Senin hingga Sabtu, pada pukul 09.00-15.00 WIB. Akses untuk
menuju lokasi tersebut juga sangat mudah karena berada di pusat kota
dekat dengan jembatan lempuyangan. Jalan dan lokasi parker yang luas
membuat museum ini mudah dikunjungi dengan segala jenis transportasi
mulai dari sepeda motor sampai kendaraan roda empat. Selain itu apabila
anda beruntung, pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan batik
tulis di Museum ini
2. MUSEUM
BATIK DANAR HADI SOLO
Museum batik Danar Hadi Solo berdiri atas prakarsa Haji Santosa Doellah
yang juga pemilik usaha Batik Danarhadi. Didorong oleh kecintaannya
terhadap batik beliau mengumpullkan batik dari seluruh penjuru negeri.
Hingga kini koleksinya sudah mencapai lebih dari sepuluh ribu lembar
kain batik kuno, 600 di antaranya dipamerkan di Museum Batik Danarhadi.
Museum ini Diresmikan oleh Ibu Megawati Sukarno Putri pada tanggal 20
Oktober 2000, dengan nama "Galeri Batik Kuno Danar Hadi" saat ini
berubah namanya menjadi "Museum Batik Danar Hadi". Walaupun sebenarnya
perusahaan Danar Hadi sendiri sudah berdiri sejak tahun 1967.
Museum Batik Danar Hadi berupa Batik Kuno yang semua koleksinya adalah
milik pribadi yang berjumlah 10.000 potong yang berhasil dikumpulkan
dalam kurun 30 tahun lebih, 1.500 potong di antaranya diperoleh dari
koleksi pribadi seorang kurator Museum Troupen, Belanda. Batik-batik itu
berangka tahun pembuatan antara 1840-1910.
Sejumlah kain batik kuno dengan motif khusus menempati satu ruang di bagian dalam yang cukup luas. Di ruangan yang didesain dengan atmosfer aristokrat ini, terpajang puluhan potong kain batik yang amat langka. Batik-batik itu pada zamannya hanya dibuat khusus untuk para raja atau bangsawan tinggi setingkat adipati dan pangeran. Pada masa itu, batik-batik dengan motif-motif khusus tersebut merupakan batik sengkeran yang dilarang keras dikenakan oleh orang awam. Larangan yang dikeluarkan raja itu menimbulkan efek psikologis bahwa batik dengan motif seperti Parang Barong, Udan Liris, Semen Ageng, Semen Gurda mengandung sifat magis dan sakral.
Sejumlah kain batik kuno dengan motif khusus menempati satu ruang di bagian dalam yang cukup luas. Di ruangan yang didesain dengan atmosfer aristokrat ini, terpajang puluhan potong kain batik yang amat langka. Batik-batik itu pada zamannya hanya dibuat khusus untuk para raja atau bangsawan tinggi setingkat adipati dan pangeran. Pada masa itu, batik-batik dengan motif-motif khusus tersebut merupakan batik sengkeran yang dilarang keras dikenakan oleh orang awam. Larangan yang dikeluarkan raja itu menimbulkan efek psikologis bahwa batik dengan motif seperti Parang Barong, Udan Liris, Semen Ageng, Semen Gurda mengandung sifat magis dan sakral.
Koleksi-koleksi itu sebagian diperoleh langsung dari
empat istana di Solo dan Yogyakarta; yakni Keraton Kasunanan Surakarta,
Keraton Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran serta Pura
PakualamanAda beberapa kain koleksi PB X dipajang di satu sudut dengan
foto diri Raja Surakarta itu beserta permaisuri GKR Emas. Di sudut lain,
sejumlah kain koleksi Pura Mangkunegaran yang sebagian merupakan karya
tulis (alm) Nyi Ageng Mardusari, salah seorang selir KGPAA
Mangkoenagoro VII yang dikenal sebagai pesinden dan pembatik ulung.
Karya batik Nyai Mardusari seperti Bogas Pakis memang amat elok, begitu
pula karya KRAy Mangunkusumo, Gragah Waluh. Atau koleksi lain seperti
Parang Sarpa. Warna soga-nya yang kekuningan dipadu dengan motif yang
berlatar kebiruan menghasilkan nansa yang mengesankan. Nuansa soga pun
setiap istana memiliki ciri masing-masing. Batik Kasunanan cenderung
coklat kemerahan, Batik Kasultanan coklat dan kontras dengan latar
putihnya, sedang Batik Pakualaman cenderung krem. Adapun sejumlah kain
koleksi dari Keraton Kasultanan Yogyakarta serta Pakualaman menempati
sudut yang lain. Di antaranya kain kemben liris koleksi permaisuri Sri
Sultan Hamengku Buwono VII, serta batik Lereng Huk dari Pura Pakualaman.
Ada pula koleksi kain dodot yang khusus dikenakan untuk busana tari
Bedhaya Ketawang. Kain dodot biasanya berukuran panjang 4,5 meter dengan
lebar 2,25 meter. Motifnya disebut alas-alasan yang menggambarkan isi
hutan, dengan bentuk stilisasi (hewan dan tumbuhan) yang sederhana.
Warnanya hijau polos, sedang lukisannya menggunakan bahan perada emas.
Koleksi lain yang bisa dinikmati adalah Batik China, Batik Jawa Hokokai
(batik yang terpengaruh oleh kebudayaan Jepang), Batik Pesisir (Kudus,
Lasem, Pekalongan), Batik Sumatra, Batik Saudagaran, Batik Petani, Batik
Kontemporer, dan berbagai jenis batik lainnya. Salah satu yang menarik
perhatian adalah Batik Cirebon. Selain pengaruh China, jenis batik ini
memiliki motif-motif sayap yang menunjukkan pengaruh budaya Hindu dari
Kerajaan Mataram Kuno.
Yang tidak boleh dilewatkan adalah koleksi spesial museum ini. Ada
beberapa koleksi batik kuno dengan motif unik yang terinspirasi oleh
cerita rakyat ataupun cerita legenda. Salah satunya adalah motif Snow
White. Batik ini dibuat dengan motif berupa gambar-gambar yang
bertutur tentang cerita Snow White. Cerita dimulai ketika ibu
tiri Snow White diberitahu oleh cermin ajaib bahwa Snow
White adalah wanita tercantik di negeri mereka. Ini membuat sang
ibu tiri marah dan membuangnya ke dalam hutan. Gambar-gambar terus
berlanjut menceritakan kehidupan Snow White di dalam hutan
bersama tujuh kurcaci, makan apel beracun, sampai dengan pertemuannya
dengan pangeran yang membangunkannya dari tidur panjang. Batik Snow
White yang termasuk dalam jenis Batik Belanda ini didesain oleh
wanita Indo-Belanda pada pertengahan abad ke 19. Meskipun demikian,
pengerjaannya tetaplah dikerjakan oleh orang-orang Indonesia. Selain itu
masih ada beberapa batik dengan motif yang bercerita tentang Hans
and Gretel, Little Red Riding Hood, dan bahkan cerita Perang
Diponegoro.
3. MUSEUM
BATIK PEKALONGAN
Museum Batik Nasional di Kota Pekalongan yang berdiri pada tanggal 12
Juli tahun 2006. Museum ini sebenarnya sudah cukup lama berdiri, yakni
tahun 1972. Pemrakarsa awal pendiriannya waktu itu adalah masyarakat
pembatik di Pekalongan yang menginginkan agar ada sebuah museum sebagai
penunjang kota, alasannya karena banyaknya hasil produksi batik dengan
ragam corak sekaligus batik menjadi salah satu mata pencaharian
masyarakat. Dan akhirnya pada tanggal 12 Juli 1972 diwujudkan pendirian
museum batik pekalongan, yang berlokasi diujung jalan sebelah selatan
kawasan Taman Hiburan Rakyat (THR) Gedung Bintang Merdeka yang sekarang
lokasinya berada di kawasan Pos penjaga polisi Jalan Resimen XVII.
Karena letak museum yang rawan akan tindak kejahatan. Maka pada tahun
1990 pemerintah daerah mengambil langkah melakukan pembenahan dengan
memindahkan Museum Batik ke Jalan Majapahit no 7A yang berada di
kompleks perkantoran baru Pemda Kota Pekalongan.
Meskipun dari tahun ke tahun perkrmbangan batik di Pekalongan mengalami
kemajuan yang sangat signifikan, namun kondisi museum tidak menunjukan
perubahan, terutama penambahan jumlah koleksinya maupun kondisi
gedungnya. Akhirnya pilihan untuk mendirikan Museum Batik yang layak
timbul setelah Iman Sucipto Umar dari Paguyuban Berkah yang menginginkan
pembangunan museum yang memenuhi syarat.
Proses pendirian Museum Batik Nasional diawali pada tanggal 29 Desember
2005. Gagasan pendirian Museum Batik sebagai wujud tanggung jawab
pemerintah Kota Pekalongan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
rakyat, memajukan seni budaya sekaligus mendukung tumbuhnya industri
usaha pembatikan. Sedangkan fungsi museum sebagai jendela kebudayaan dan
jendela ekonomi disamping sebagai data center dan pusat kajian data
serta koleksi.
Gedung Museum Batik Indonesia ini, dibangun dengan memanfaatkan gedung
bekas Balai Kota Pekalongan. Gedung itu dirombak menjadi Museum Batik
Indonesia, karena bangunannya termasuk kuno, yakni dibangun pada zaman
penjajahan Belanda. Di dalamnya, terdapat beberapa kamar yang luas
dengan pintu dan jendela besar, sehingga terasa sekali nuansa sejarah
yang tinggi.
Silahkan berkunjung ke Museum Batik Pekalongan. Lokasinya sangat mudah dijangkau dengan bermacam kendaraan atau angkutan kota. Terletak di daerah bundaran Jatayu dekat jalan Diponegoro Kota Pekalongan. Daerah ini juga merupakan simbol kerukunan antar umat beragama Kota Pekalongan yang terbina sangat baik. Tampak dalam foto 1 di samping Museum Batik Pekalongan berdiri Masjid dengan latar belakang Gereja Katholik Pekalongan. Di sekitar kawasan ini juga berdiri Gereja Protestan dan tempat ibadah penganut Tri Dharma. Begitu juga dengan corak batik Pekalongan yang banyak dipengaruhi gabungan atau pembauran unsur lokal, arab, cina, dan belanda. Sungguh sebuah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Mari bersama kita lestarikan dan berdayakan.
Jangan khawatir, museum itu bukan hanya menjadi tempat koleksi saja. Yayasan yang mengelola, selain menjaga, juga akan menyediakan penjualan berbagai produk batik dari Pekalongan.
Koleksi museum ini cukup menarik, sedikitnya terdapat
1.000 koleksi batik koleksi batik kuno yang dibuat para pengrajin batik
di tanah air. Di museum ini anda dapat melihat berbagai jenis batik dari
waktu ke waktu. Kita dapat mengamati perkembangan batik mulai jaman
Belanda, pengaruh Jepang pada saat perang dunia kedua dengan motif Jawa
Hokokai, ada pula batik dari luar Jawa. khususnya Sumatera yang bayak
dipengaruhi oleh budaya islam yang tampak dari motif yang menyerupai
kaligrafi tulisan Arab. Kita juga dapat melihat batik antik yang usianya
mencapai 100 tahun lebih. Ada pula kebaya encim yang biasa dipakai oleh
wanita tionghoa di Indonesia. Masih banyak koleksi menarik yang lain
dapat anda lihat di museum ini
Silahkan berkunjung ke Museum Batik Pekalongan. Lokasinya sangat mudah dijangkau dengan bermacam kendaraan atau angkutan kota. Terletak di daerah bundaran Jatayu dekat jalan Diponegoro Kota Pekalongan. Daerah ini juga merupakan simbol kerukunan antar umat beragama Kota Pekalongan yang terbina sangat baik. Tampak dalam foto 1 di samping Museum Batik Pekalongan berdiri Masjid dengan latar belakang Gereja Katholik Pekalongan. Di sekitar kawasan ini juga berdiri Gereja Protestan dan tempat ibadah penganut Tri Dharma. Begitu juga dengan corak batik Pekalongan yang banyak dipengaruhi gabungan atau pembauran unsur lokal, arab, cina, dan belanda. Sungguh sebuah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Mari bersama kita lestarikan dan berdayakan.
Jangan khawatir, museum itu bukan hanya menjadi tempat koleksi saja. Yayasan yang mengelola, selain menjaga, juga akan menyediakan penjualan berbagai produk batik dari Pekalongan.
0 komentar:
Posting Komentar