Kursus kilat Batik, Tulis, Cap, Printing dan Klasik/Modern


Kursus kilat Batik, Tulis, Cap, Printing dan Klasik/Modern

Siapa tak kenal batik. Kerajinan khas Jogja ini memang sudah tidak asing lagi. Dengan mudah kita dapat menemukannya di seantero Jogja. Mulai dari pasar tradisional Beringharjo sampai dengan mall-mall besar Jogja. Ya, batik memang unik. Tak salah bila warisan leluhur ini menjadi primadona di kalangan turis. Banyak orang tertarik untuk membelinya, baik sebagai oleh-oleh maupun untuk koleksi pribadi.

Namun, pernahkah terlintas dalam benak Anda bagaimana cara membuat batik?
Membuat batik memang gampang-gampang susah. Tak perlu keahlian khusus hingga siapapun bisa mencobanya. "Timbulkan niat dan kerahkan kreativitas," ungkap Agung Wibowo. pemilik sanggar batik Kirani yang berlokasi di Desa Buluputren Kec. Sukomoro Kab. Nganjuk.
Bagi para siswa, Remaja, Muda, Tua yang ingin belajar Kursus kilat Batik, Tulis, Cap, Printing dan Klasik/Modern, bisa langsung datang ke sanggar Batik Kirani, atau bisa langsung menghubungi saya di Hp: 085735496299, semoga dengan kita senang dengan batik, maka budaya kita akan selalu tetap langgeng.

PROSES SIMPLE BATIK CAP

Tidak seperti batik tulis yang proses pembuatannya menggunakan canting, pada proses pembuatan batik cap alat yang digunakan yaitu cap (semacam stempel besar yang terbuat dari tembaga) yang sudah didesain dengan motif tertentu dengan dimensi 20cm X 20cm.

Proses Pembuatan batik cap adalah sebagai berikut :

  • Kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah dilapisi dengan bahan yang empuk
  • Malam direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap dalam kondiri 60 s/d 70 derajat Celcius
  • Cap lalu dimasukkan kedalam cairan malam tadi (kurang lebih yang tercelup cairan malam adalah 2 cm bagian bawah  cap )
  •  Cap kemudian di-cap-kan (di-stempel-kan) dengan tekanan yang cukup di atas kain mori yang telah disiapkan tadi.
  • Cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga tembus ke sisi lain permukaan kain mori.


  • Setelah proses penge-cap-an selesai , kain mori selanjutnya akan akan masuk ke  proses pewarnaan, dengan cara mencelupkan kain mori ini ke dalam tangki yang berisi warna yang sudah dipilih. 



Kain mori yang permukaannya telah diresapi oleh cairan malam, tidak akan terkena dalam proses pewarnaan ini.
  • Setelah proses pewarnaan, proses berikutnya adalah penghilangan berkas motif cairan malam melalui proses penggodogan atau ngelorot. 



sehingga akan nampak 2 warna, yaitu warna dasar asli kain mori yang tadi tertutup malam, dan warna setelah proses pewarnaan tadi.
Jika akan diberikan kombinasi pewarnaan lagi, maka harus dimulai lagi dari proses penge-cap-an cairan malam - pewarnaan - penggodogan lagi.Sehingga diperlukan proses berulang untuk setiap warna.
Hal yang menarik dari batik cap adalah pada proses perkawinan warna, karena permukaan kain mori yang telah diwarna sebelumnya akan diwarna lagi pada proses pewarnaan berikutnya, sehingga perlu keahlian khusus dalam proses pemilihan & perkawinan warna.
  • Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses pembersihan dan pencerahan warna dengan soda.
  • Selanjutnya dikeringkan dan disetrika. 
Contoh-contoh alat  cap  :


BATIK GENTONGAN IALAH BATIK MADURA YANG UNIK

Keunikan Batik Madura yang tidak ditemukan di daerah lain adalah batik gentongan. Disebut batik gentongan karena proses pembuatannya yang menggunakan gentong sebagai alat untuk merendam kain. Teknik gentong hanya dilakukan untuk satu jenis warna saja, yaitu indigo. Teknik Gentong untuk pewarna batik hanya terdapat di dua tempat yang terletak di kecamatan Tanjung Bumi, kabupaten Bangkalan. Tidak diketahui secara pasti kapan dimulainya teknik ini di Madura. Biasanya gentong diwariskan secara turun-temurun. Hasil celupan indigo yang dilakukan pada gentong hasilnya utuh, awet, dan memiliki kepekatan merata.
Perendaman kain batik pada pewarna di dalam gentong dilakukan dalam waktu yang lama. Gentong yang sudah diberi air dan pewarna disimpan dalam ruangan tertutup. Ruangan harus benar-benar kedap cahaya. Pengrajin batik akan mencelup-celupkan kain di dalam air rendaman selama 24 jam. Ia harus mengulang proses tersebut keesokan harinya. Begitu seterusnya selama 6 bulan. Bahkan, ada yang melakukan proses ini selama setahun nonstop. Itu sebabnya, warna batik gentongan tahan sangat lama, bahkan hingga puluhan tahun.
Harganya? Jangan ditanya. Setelah melalui proses yang rumit dan memakan waktu lama, wajar saja kalau kain batik gentongan berharga jutaan rupiah. Batik gentongan berharga antara 2,5 juta hingga 5 juta rupiah bahkan lebih.
Batik gentongan memiliki ciri khas warna yang berani (colour full), pengerjaan yang halus, batik gentongan makin lama warnanya makin cemerlang meski kainnya telah rapuh dan memiliki aroma rempah-rempah karena perendaman. Motif-motifnya beragam, namun tidak dapat diketahui secara pasti apakah yang menjadi motif klasik batik gentongan. Seperti yang kebanyakan, motif kembang randu, burung hong, sik melaya, ola-ola dan banyak lagi.
Pada zaman dahulu, membatik menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan untuk batik gentongan bisa mencapai satu tahun proses hanya untuk sepotong batik. Hal ini karena motif yang sangat rumit dan detail. Luar biasa..... :). Dahulu batik menjadi pekerjaan perempuan di daerah itu untuk mengisi waktu luang menunggu suami mereka yang bekerja sebagai pelaut pergi ke daerah yang jauh, seperti ke pulau Kalimantan dan Sulawesi. Bagi perempuan Tanjungbumi, menunggu kedatangan suami merupakan saat-saat paling panjang dan menegangkan. Mereka selalu gelisah apakah suaminya bisa pulang kembali dengan selamat dan bisa membawa uang untuk menghidupi rumah tangganya. Untuk mengurangi rasa gelisah tersebut, akhirnya mereka mulai belajar membatik. Namun, hingga kini belum ada yang dapat memastikan kapan para istri itu mulai membatik. Selain itu masyarakat disana juga memiliki budaya, batik digunakan untuk simpanan. Yang diperlakukan sebagai emas atau tabungan. Atau disimpan untuk diserahkan kepada anak dan cucu, sebagai tanda kasih dan cinta ibu. Terutama bagi yang memiliki anak perawan, batik simpanan ini akan diberikan manakala mereka mulai berumah tangga. Batik menjadi salah satu sumber kekayaan dan kebanggaan mereka. Tak heran mereka melakukannya dengan sepenuh hati. Nilai ini semakin bergeser karena zaman, membatik bukan lagi sebagai tanda kasih dan cinta ibu, namun semata-mata untuk mencari uang. Nilai komersial ini menjadi salah satu sebab mengapa hasil penggarapan batik tidak lagi sebagus yang dahulu... sangat disayangkan yahhhh....L. Namun kegiatan yang dilakukan untuk membunuh waktu itu sekarang menjadi industri rakyat yang cukup besar.
Proses dalam pembuatan batik gentongan yaitu pertama melakukan proses perendaman kain mori menggunakan minyak nyamplong dan abu sisa pembakaran kayu dari tungku. Setelah itu baru kain diberi gambar motif (direngreng) pada kedua sisinya. Lalu diberi malam. Dan proses pewarnaan. Lamanya perendaman batik dalam gentong menentukan warna biru yang dikehendaki. Atau pewarnaan dengan warna lain yang direndam dengan warna tertentu lalu disikat hingga berulang-ulang agar didapat warna yang dikehendaki. Setelah didapatkan warna yang dikehendaki maka dilakukan proses lorotan yaitu melorotkan atau meluruhkan lilin atau malam dengan air mendidih. Baru kemudian dijemur dipanas matahari. Dari serangkaian panjang pembuatan batik di Tanjungbumi, pewarnaan menggunakan gentong merupakan proses paling penting dan sulit. Diperlukan ketekunan, ketelitian, serta keahlian meramu bahan-bahan pewarna alami atau soga alam. Warna merah bisa diambil dari kulit mengkudu, warna hijau dari kulit mundu dicampur tawas, biru dari daun tarum. Kepekaan warna dicapai dari lamanya waktu merendam. Kebanyakan batik Madura memilih warna terang, merah, kuning, hijau. Namun, batik gentongan memiliki warna yang beragam. Motif tarpoteh (latar belakang poteh/putih) misalnya, mencitrakan warna yang elegan, seperti hitam dan coklat pada motif-motifnya
Pewarnaan dengan gentongan memerlukan waktu panjang, yaitu minimal enam bulan untuk satu kain batik. Selama itu pula, seorang pembatik harus berulang kali mencelupkan kain batik ke dalam gentongan lalu mengangin-anginkan di pekarangan rumah.
Proses gentongan ini sarat dengan mitos. Masyarakat setempat percaya bahwa sebelum proses pewarnaan dilakukan, mereka harus membuat ritual kecil agar proses pewarnaan berhasil dilakukan. Proses pewarnaan gentongan harus dihentikan selama satu minggu bila ada warga desa yang meninggal. Dari mitos itu terlihat bagaimana hubungan sosial masyarakat Madura yang penuh dengan toleransi. Ketika ada tetangga yang meninggal, pembatik tidak egois menyelesaikan pekerjaannya meski diburu target pesanan. Mereka ikut serta membantu tetangga yang berdukacita.
Batik gentong hanya ada di Tanjungbumi, Madura, belum ditemukan dibuat di daerah lain. Ini dikarenakan air yang ada di pulau Madura. Air yang berkadar kapur tinggi sangat menguntungkan untuk proses pewarnaan. Warna menjadi lebih cemerlang. Sedangkan di daerah lain warnanya tidak dapat sebagus di Tanjungbumi.
Batik Tulis
Gentongan Motif Kucing Renduh
Batik Tulis Gentongan Motif Kucing MerinduGentong tempat pewarnaanProses pewarnaan

TEKNIK BATIK DENGAN SEMPROT

Tak hanya pada pengecatan mobil atau motor saja lho...  teknik semprot juga bisa diaplikasikan pada pewarnaan batik. Cara dan alat yang digunakan kurang lebih sama, hanya bahan pewarnanya yang berbeda. Zat pewarnanya bisa menggunakan napthol, remasol, rapid atau indigosol. Akhir-akhir ini banyak pengrajin batik yang menggunakan teknik air brush ini. Hasil pewarnaannya terlihat bervariasi, unik dan menarik.

Batik Semprot
Langkah-langkah teknik semprot atau air brush menggunakan zat warna napthol sebagai berikut:
  1. Siapkan alat dan bahan. Alat yang biasanya digunakan adalah kompressor dan bahannya adalah zat warna napthol.                      
  2. Bersihkan meja untuk pewarnaan dan aturlah kertas koran untuk alas. Bisa juga kain dibentangkan pada spanram. 
  3. Larutan zat warna Napthol. Timbanglah zat warna sesuai dengan resep. Cara menimbang warna, satu demi satu. Larutan I adalah 5 gram napthol, 1½ gram TRO, 3 gram kostik dicampur 1 liter air panas dan ½ liter air dingin. Takaran ini untuk 1 meter kain. Takaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Larutan II adalah untuk garam diazo atau pembangkit warna. Perbandingannya 10 gram garamdiazo dicampur 1 liter air dingin. Napthol yang digunakan bisa cuma satu saja namun garam diazonya yang beraneka ragam. Maka warna yang dihasilkanpun akan bervariasi.
  4. Masukkan larutan pada masing-masing tempat kompressor. Lalu semprotkan larutan I pada kain batikan yang sudah dibasahi. Jika kain yang diwarna tidak lebar bisa menggunakan semprotan burung atau semprotan botol bekas parfum.
  5. Setelah kain sudah tidak terlalu basah atau dalam keadaan sudah setengah kering maka semprotkan larutan II. Hal ini dilakukan agar warna tidak saling tumpang tindih atau mleber. Atau memang sengaja dilakukan tumpang tindih warna itu tak jadi masalah.
  6. Bilas dengan air bersih lalu keringkan.
Jika napthol yang digunakan sama sebaiknya kain batikan dicelup dulu pada larutan napthol kemudian garam diazo baru disemprotkan. Jika menginginkan warna yang cerah gunakan zat warna Indigisol, remasol atau rapid dan kalo ingin warna yang agak gelap gunakan saja zat warna napthol.

Keunggulan dari teknik semprot atau air brush adalah
  • Warna yang dihasilkan dalam satu helai batik bisa bermacam-macam.
  • Gradasi dan warna yang terbentuk tampak lebih menarik, unik dan artistik.
  • Penggunakan warna relatif lebih hemat.
  • Bisa menghemat air.
  • Waktu pewarnaan relatif singkat.
Kelemahannya adalah
  • Bisa terjadi tumpang tindih warna.
  • Warna bisa mbleber kemana-mana.
  • Warna tidak merata dan cenderung tidak terlalu melekat pada kain.
  • Warnanya tipis tidak bisa pekat.
batik semprot

TEKNIK PEWARNAAN BATIK DENGAN COLETAN

Mencolet adalah memberi warna dengan alat dari rotan atau kuas dengan cara digambarkan pada motif tertentu yang dibatasi oleh garis-garis malam sehingga warna tidak merembes ke area lain. Biasanya untuk coletan dipakai zat warna remasol, rapid atau indigosol.


Langkah-langkah mencolet menggunakan zat warna indigosol sebagai berikut:
 Di daerah pantai utara seperti Gresik, pewarnaan secara ini disebut dulitan dan kain batik yang dihasilkan disebut kain dulitan. Hal ini sudah dikerjakan sejak dulu kala.Teknik colet sering juga disebut dengan teknik lukis.


  1. Siapkan alat dan bahan untuk mencolet. Alat yang biasanya digunakan adalah kuas atau rotan dan gelas aqua. Ukuran kuasnya bisa bervariasi tergantung kebutuhan. 
  2. Bersihkan meja coletan dan aturlah kertas koran untuk alas. Selain alas koran, bisa juga menggunakan busa ataupun karung goni. Kenapa harus menggunakan alas ya ? Alasannya simpel, agar warna gak mbleber (warna hanya mengenai bidang yang dikehendaki aja) 
  3. Bentangkan kain yang sudah selesai dibatik di atas meja dengan sisi rengrengan (sisi batikan yang bagian muka) di sebelah atas... Jangan sampai terbalik ... :)
  4. Untuk coletan digunakan zat warna Indigosol. Pemilihan zat warna Indigisol dikarenakan warna-warna lebih cerah dibanding zat warna napthol yang cenderung warna gelap. Timbanglah zat warna sesuai dengan resep. Cara menimbang warna, satu demi satu. Atau dapat juga sekaligus bila bagian-bagian yang dicolet tidak terlalu banyak. Semua zat warna ditimbang dan kemudian dilarutkan masing-masing dalam tempat tersendiri. Penimbangan sangat penting dilakukan agar warna sesuai dengan yang dinginkan dan tidak terjadi kesalahan dalam pewarnaan. Nah, sekarang siapkan 2 larutan. Larutan I adalah campuran zat warna Indigosol, nitrit dilarutkan dengan air panas. Perbandingan untuk 1 meter kain untuk celupan adalah 5 gram Indigosol, 7 gram nitit (Na No2) dan 1 liter air panas. Jika hanya coletan saja maka takaran bisa menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Larutan II adalah untuk pembangkit warna. Perbandingannya 20 cc Hcl dicampur 2 liter air dingin. Perbandingan ini harus pas, jika perbandingan tidak pas akan terjadi kesalahan sangat fatal. Jika air Hcl melebihi takaran, akan menyebabkan kain rusak atau rapuh bahkan efek yang terlihat langsung adalah berlubang dan mudah sobek. Jikaterlalu banyak air dingin akan menyebabkan tidak munculnya warna coletan... harus hati-hati ya.... 
  5. Ambillah kuas rotan yang sudah disiapkan dan mulailah mencolet. Untuk mempermudah pelaksanaannya, pencoletan dikerjakan dari sebelah sisi panjang kain, dari ujung kiri sampai ujung kanan melebar separo lebar kain. Kemudian dari sebelah sisi panjang kain yang satu, dari ujung kanan ke kiri, juga selebar setangah kain. Setelah semua warna dicoletkan, kemudian dikeringkan untuk selanjutnya mencolet sisi terusan sampai selesai seluruh permukaan terusan dan dikeringkan di bawah sinar matahari, untuk menolong mempercepat pembangkitan warna. Ada beberapa warna Indigosol yang tidak memerlukan sinar matahari, yaitu warna pink dan hijau. Namun untuk mendapatkan warna yang maksimal sebaiknya tetap dikeringkan dengan sinar matahari. Hindari teknik mencolet di kala musim hujan kalo tidak ingin mendapat hasil yang mengecewakan ...atau jika terpaksa, gunakan zat warna napthol untuk pencoletan. 
  6. Siapkan larutan pembangkitkan warna air. 
  7. Masukkan kain yang sudah kering coletannya ke dalam larutan pembangkit sampai kain terendam seluruhnya. Apabila sudah tidak terlihat lagi perubahan warna, maka kain diangkat, dicuci dan dikeringkan.
Teknik coletan biasanya dilakukan hanya pada motif-motif utama saja, untuk warna latar biasanya tetap menggunakan teknik celup.
Keunggulan dari teknik colet adalah
  • Warna yang dihasilkan dalam satu helai batik bisa bermacam-macam. 
  • Penggunakan warna relatif lebih hemat. 
  • Warna yang dihasilkan cerah. 
  • Bisa memilih mana batikan yang ingin dicolet dan mana yang tidak. 
  • Bisa menghemat air.
Kelemahan dari teknik ini adalah
  • membutuhkan waktu yang relatif lama tergantung berapa banyak motif yang ingin dicolet. 
  • Warna bisa mbleber ke motif lain. 
  • Warna tidak rata dan cenderung tidak terlalu kuat menempelnya pada kain. 
Teknik colet sering kita temui pada batik pesisiran yang memang memiliki ciri warna-warna yang cerah. Seperti batik Pekalongan, batik Gresik, batik Madura, batik Indramayu dan daerah-daerah lainnya.

TEKNIK PEWARNAAN BATIK DENGAN USAP

Proses pewarnaan batik dengan teknik usap dapat menggunakan zat warna napthol atau zat warna indigosol. Kain yang sudah siap diwarna direntangkan pada spanram. Kain yang sudah dibatik diwarna dengan warna yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan. Alat yang digunakan berupa spon yang sudah dicelupkan pada warna.
spon
Langkah-langkah teknik usap menggunakan zat warna napthol sebagai berikut:

  1. Siapkan alat dan bahan. Alat yang biasanya digunakan adalah spon dan bahannya adalah zat warna napthol. 
  2. Basahi kain batikan dengan air TRO. Lalu rentangkan kain pada spanram. 
  3. Siapkan larutan I zat warna Napthol. Timbanglah zat warna sesuai dengan resep. Larutan I adalah 5 gram napthol, 1½ gram TRO, 3 gram kostik dicampur 1 liter air panas dan ½ liter air dingin. Takaran ini untuk 1 meter kain. Takaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan. 
  4. Siapkan larutan II adalah untuk garam diazo atau pembangkit warna. Perbandingannya 10 gram garam diazo dicampur 1 liter air dingin. Siapkan lebih dari satu larutan untuk mendapatkan variasi warna dalam satu helai kain. Takaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
  5. Celupkan kain pada larutan I kemudian atuskan (keringkan). 
  6. Basahi spon dengan larutan II (garam diazo) lalu usapkan pada kain sesuai dengan warna yang diinginkan. Siapkan spon lebih dari satu untuk pengusapan berbagai warna. 
  7. Bilas kain yang sudah selesai pengusapan dengan air bersih lalu keringkan. 
  8. Jika menginginkan warna yang cerah gunakan zat warna Indigisol, remasol atau rapid dan kalo ingin warna yang agak gelap gunakan saja zat warna napthol. Pemakaian masing-masing zat warna memiliki cara yang berbeda...kapan-kapan dibahas ya...
Keunggulan dari teknik usap adalah warna yang dihasilkan dalam satu helai batik bisa bermacam-macam. Efek yang ditimbulkan tampak menarik dan unik. Penggunakan warna relatif lebih hemat. Kelemahannya berupa warnanya tidak beraturan dan tidak merata. Warna cenderung tidak terlalu melekat pada kain. Memerlukan waktu yang lumayan lama. Diperlukan kreativitas yang lebih untuk memadumadankan usapan warna agar menghasilkan warna yang menarik.





batik usap

FILOSOFI BATIK BERDASAR DARI WARNANYA



1. Warna coklat.
Warna ini dapat membangkitkan rasa kerendahan diri, kesederhanaan dan mem”bumi”, kehangatan, bagi pemakainya.
batik parang panggede Batik Klasik Jawa Arti dan Cerita di Balik Ragam Motif
Parang Penggede. Bunga yang sedang merekah dan kupu besar yang indah, melambangkan “kebesaran” pemilik / pemakainya
Dalam pemakaiannya warna coklat terutama, sering kita temukan dalam motif-motif semen
 Dalam motif parang, juga digunakan warna coklat.
Motif Semen merupakan salah satu motif indah yang sering kali dipenuhi dengan makna dan arti yang dapat kita temukan dalam Falsafah Jawa. Suatu motif yang pada saat ini juga hanya dimiliki oleh pemilik dompet tebal. Hal ini terjadi karena untuk menciptakan motif semen biasanya memerlukan waktu yang cukup lama. Biasanya motif ini dilukiskan dua kali, baik dari luar dan maupun dari dalam. Juga pengisian cecek yang harus dilukiskan satu demi satu. Sehingga pembuatan satu kain panjang bisa memakan waktu lebih dari 6 bulan.
2. Warna biru tua
Rasa ketenangan, effekt kelembutan, keichlasan dan rasa kesetiaan biasanya dapat ditunjukkan melalui pemakaian warna ini. Warna biru biasanya dapat kita temukan dalam motif batik klassik dari Yogyakarta. Lihat dalam motif Modang di bawah ini. Sebuah motif yang di sekeliling kain jariknya dilukiskan bentuk-bentuk parang tuding. Dalam kain panjang ini didasari dengan warna biru. Di dalamnya diisi dengan motif ganggong ranthé, sejenis bunga.
batik motif modang batik Klasik Jawa Arti dan Cerita di Balik Ragam Motif
Motif Modang dengan isen ganggong ranthe
3. Warna putih
Yang juga muncul dalam motief Yogyakartan, menunjukkan rasa ketidakbersalahan, kesucian, ketentraman hati dan keberanian serta sifat pemaaf si pemakainya.  .
Membaca tentang makna warna seperti yang tersebut di atas, sangatlah dapat dimengerti mengapa motif Sido Asih ini dikenakan dalam upacara pernikahan adat. Menilik dari pemakaian warna putih tersirat harapan bahwa calon pengantinnya di kemudian hari akan selalu dilimpahi dengan kasih dan sayang dalam kehidupan berumah tangganya.
batik motif sido asih Batik Klasik Jawa Arti dan Cerita di Balik Ragam Motif
Sido Asih / Semen Calo / Gunung Sari latar pethak.
4. Dari warna-warna yang terdapat dalam motif batik juga terdapat warna yang kehitam-hitaman.
Sesungguhnya warna hitam yang dimaksudkan merupakan suatu warna biru yang sangat tua. Sehingga tampak seperti hitam. Suatu warna yang seringkali memberikan gambaran yang negative.
Tetapi dalam dunia perbatikan orang mengambil segi positif dari yang biasanya bermakna negative. Jadi warna hitam dalam batik melambangkan antara lain suatu kewibawaan, keberanian, kekuatan, ketenangan, percaya diri dan dominasi.
Dalam motif itu diperlihatkan berbagai jenis binatang, suatu keaneka ragaman dalam kehidupan yang toch pada akhirnya dapat saling bertenggang rasa.
batik motif alas alasan latar irengan batik Klasik Jawa Arti dan Cerita di Balik Ragam Motif
Batik adalah salah satu cipta budaya tinggi bangsa Indonesia. Batik telah disahkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda milik Indonesia, mengikuti wayang (2003) dan keris (2006) yang sudah lebih dulu diakui oleh UNESCO. Kita memiliki jenis batik yang sangat kaya. Secara garis besar, batik dikelompokkan menjadi 2 yakni Batik Keraton Jawa dan Batik Pantai Utara. Batik keraton Jawa pun ada dua macam, yaitu Batik Yogya dan Batik Solo.